Serak
Jawa
Serak jawa ( Tyto alba ) merupakan spesies burung berukuran besar (34cm), mudah dikenali sebagai burung
hantu putih. Wajah berbentuk jantung, warna putih dengan tepi coklat. Mata
menghadap kedepan, merupakan ciri yang mudah dikenali. Bulu lembut, berwarna
tersamar, bagian atas berwarna kelabu terang dengan sejumlah garis gelap dan
bercak pucat tersebar pada bulu. Ada tanda mengkilat pada sayap dan punggung.
Bagian bawah berwarna putih dengan sedikit bercak hitam, atau tidak ada. Bulu
pada kaki jarang-jarang. Kepala besar, kekar dan membulat. Iris mata berwana
hitam.Paruh tajam, menghadap kebawah, warna keputihan. Kaki warna putih
kekuningan sampai kecoklatan. Jantan-betina hampir sama dalam ukuran dan warna
meski betina seringkali lebih besar 25%. Betina dan hewan muda umumnya punya
bercak lebih rapat.
Walaupun
telah dikenal jauh sebelumnya, Tyto alba baru dideskripsikan secara resmi pada tahun 1769 oleh
seorang naturalis berkebangsaan Italia bernama Giovanni Scopoli. Nama spesies alba dipilih berdasarkan warna bulu badannya
yang putih. Nama lain dari Tyto alba antara lain adalah : burung hantu
muka monyet, burung hantu kerdil, burung hantu emas, burung hantu perak, burung
hantu malam, burung hantu tikus, burung hantu pemekik, burung hantu jerami dan
burung hantu cantik.
Morfologi ( Ciri Umum )
Badan bagian atas berwarna abu-abu terang
dengan garis-garis gelap dan bintik-bintik pucat yang tersebar pada
bulu-bulunya. Pada sayap dan punggung terdapat bintik-bintik lusuh. Badan
bagian bawah berwarna putih dengan beberapa bintik-bintik hitam (terkadang
tidak ada). Bulu-bulu pada kaki bagian bawah biasanya jarang (tipis). Bentuk
muka menyerupai jantung berwarna putih dengan tepi berwarna kecoklatan dan pada
tepi lingkar mata terdapat bintik- bintik berwarna coklat. Iris mata berwarna
hitam. Kaki berwarna putih kekuning-kuningan sampai kecoklatan Ukuran tubuh
jantan dan betina biasanya hampir serupa. Betina dan anakan lebih banyak
memiliki bintik-bintik gelap.
Ukuran tubuh
Ukuran tubuh antara jantan dan betina
hampir serupa, namun demikian biasanya betina memiliki ukuran tubuh sedikit
lebih besar daripada jantan.
Ukuran tubuh betina:
·
Panjang badan:
34 – 40 cm
·
Rentang sayap:
± 110 cm
·
Berat badan: ±
570 gr
Ukuran tubuh jantan:
·
Panjang badan:
32 – 38 cm
·
Rentang sayap:
± 107 cm
·
Berat badan: ±
470 gr
Fisiologi (Ciri Khusus)
Kemampuan
terbang
Strategi perburuan dari Tyto alba sangat berbeda dengan
jenis-jenis burung predator yang
lain. Burung-burung predator lain, mengandalkan kecepatan dan kejutan untuk
mendatangi dan menangkap mangsa. Dalam perburuan mangsa, Tyto alba sangat
bergantung pada cara terbangnya yang tanpa suara dan pada pendengarannya yang
sangat tajam. Suara yang timbul akibat pergerakan sayap, diredam oleh semacam
lapisan yang tampak seperti beludru pada permukaan bulu-bulu sayapnya. Selain
itu, tepi sayap Tyto alba memiliki jumbai-jumbai yang sangat halus yang juga
berfungsi untuk meredam bunyi kepakan sayap. Cara terbang yang tanpa suara ini
menyebabkan mangsa tidak mampu mendengar pergerakan Tyto alba dan juga membantu
pendengaran Tyto alba sendiri.
Indera
penglihatan
Mata Tyto alba sangat peka sehingga dapat melihat pada
kegelapan. Untuk mendeteksi lokasi mangsa, mata dan pendengaran Tyto alba
bekerja bersama-sama dalam suatu harmoni yang serasi. Bola mata Tyto alba
diketahui memiliki kedudukan tetap pada tempatnya, menghadap ke depan dan
memberikan penglihatan yang bersifat binokuler dan stereoskopik. Kedudukan mata
yang tetap memiliki kelemahan, terutama dalam hal mendeteksi lingkungan
sekitar. Untuk menanggulangi hal ini, Tyto alba memiliki leher yang sangat
fleksibel sehingga kepalanya dapat diputar 270 derajat dalam empat arah: ke
arah kiri, kanan, atas dan bawah. Mata Tyto alba memiliki adaptasi yang baik
untuk melihat pada intensitas cahaya yang sangat rendah. Hal ini
ditandai dengan ukuran pupil yang
sangat besar dan retina yang
tersusun dari sel-sel yang sangat sensitif, yang memberikan efek penglihatan monokromatik. Kemampuan melihat dalam gelap
ini dikatakan sekitar 3 – 4 kali kemampuan manusia. Bola mata Tyto alba
dilengkapi dengan lapisan membran penutup
yang dapat dibuka dan ditutup. Gerakan buka-tutup dari membran tersebut
berfungsi untuk membersihkan bola mata dari debu dan kotoran yang menempel pada
permukaan mata.
Indera
pendengaran
Tyto alba memiliki susunan letak lubang telinga yang
cukup unik, karena tidak simetris dimana letak pada kepala antara satu dengan
yang lainnya tidak sama tinggi dan dengan sudut yang berbeda pula.
Lubang-lubang telinga tersebut diselubungi oleh suatu lapisan fleksibel yang
tersusun dari bulu-bulu pendek seperti bulu-bulu yang menyelimuti lingkar
mukanya. Lapisan tersebut berfungsi sebagai keping pemantul (reflektor) suara. Kelengkapan pendengaran
seperti itu membuat Tyto alba memiliki pendengaran yang peka dan bersifat
mengarah (direksional) terhadap sumber bunyi, sehingga Tyto alba mampu
mendeteksi lokasi mangsa (dalam arah dan jarak) secara tepat walau dalam
keadaan gelap gulita sekalipun. Pada Tyto alba columella di bagian tengah
telinga, berfungsi mengirimkan getaran dari membrane tympani ke bagian telinga
dalam, koklea ada meskipun tidak berbentuk spiral sempurna.
Perilaku
makan
Tyto alba memiliki kebiasaan makan yang
unik. Tergantung ukuran mangsa yang tertangkap, Tyto alba dapat menelan utuh
mangsanya atau membaginya dalam ukuran yang lebih kecil sebelum ditelan. Daging
dan bagian yang lunak dari tubuh mangsa akan dicerna, sementara bulu-bulu dan
tulang belulang tidak dicerna dan kemudian secara berkala dimuntahkan kembali
dalam bentuk pellet.
Reproduksi
Beberapa peneliti menyatakan bahwa Tyto
alba dapat bersifat Poligami. Dijumpai seekor jantan dapat
memiliki lebih dari satu pasangan, dengan jarak antar sarang kurang dari 100
meter. Selama percumbuan, jantan berputar sekitar pohon dekat sarang, sambil
menyuarakan deritan dan koaran. Kebanyakan Tyto alba bersarang di lubang pohon
sampai ketinggian 20 meter. Mereka juga dapat bersarang pada bangunan tua, gua,
dan ceruk sumur. Burung hantu dapat berkembang biak sepanjang tahun, tergantung
kecukupan suplai makanan. Jika kondisi lingkungan memungkinkan, sepasang Tyto
alba dapat berbiak dua kali dalam setahun. Pada daerah temperata dan sub Artik,
perkembangbiakan (perkawinan dan peletakan telur) terjadi pada musim semi.
Populasi tikus yang
tinggi di suatu daerah dapat memacu perkembangbiakan populasi Tyto alba secara
dramatis. Dalam satu musim kawin individu betina Tyto alba dapat menghasilkan
telur sebanyak 3– 6 butir (terkadang dapat mencapai 12 butir) dalam interval 2
hari. Telur berwarna putih dan berbentuk bulat oval. Panjang telur 38 – 46 mm
dengan lebar 30 – 35 mm. Telur dierami segera setelah telur pertama diletakkan
dengan lama pengeraman 30 – 34 hari. Karena peletakan telur berlangsung dalam
interval beberapa hari, maka penetasannya pun tidak bersamaan. Hal ini
menyebabkan terjadinya gradasi ukuran tubuh anakan yang baru menetas. Anakan
dengan ukuran tubuh terbesar biasanya memperoleh suplai makanan yang lebih
banyak dari induknya. Akibatnya, jarang sekali ditemukan seluruh anakan yang
menetas dalam satu sarang pada periode yang sama akan bertahan hidup, kecuali
sumber makanan di sekitar sarang sangat banyak. Umumnya, anakan yang paling
kecil (yang menetas terakhir) akan mati atau bahkan dibunuh oleh anakan yang
lebih besar (lebih tua). Kelihatannya, hal ini merupakan strategi bertahan
hidup yang ganjil, namun justru menjamin kelangsungan hidup suatu keluarga Tyto
alba secara keseluruhan.
Tahap
Perkembangbiakan Tyto alba
Hari sebelum telur pertama menetas:
·
31 :
Peneluran pertama
·
30 :Inkubasi
pertama dimulai
·
19 :
Peneluran selesai
·
1 :
Anak pertama bersuara dari dalam telur
·
0 :
Telur pertama menetas
·
0–14 :
Sisa telur menetas semua
Hari setelah penetasan telur pertama:
·
7 :
Anakan memuntahkan makanan yang tak tercerna, tapi belum berbentuk pelet
·
8 :
Mata mulai membuka
·
10 :
Anakan mulai mengeluarkan feces
·
11 :
Induk betina mulai jarang mengerami, mulai berburu makan untuk anak dan dirinya
·
14 :
Anakan dapat menelan utuh mangsa
·
15 :
Anakan mulai mengeksplorasi sekitar sarang
·
21
- : Saat anakan tertua berumur 3-4 minggu, induk betina berhenti
mengerami, mengunjungi sarang hanya untuk memberi makan
·
35-42 :
Anakan mulai melatih sayapnya dan berjalan keluar dari sarang. Kadang anak
tertua memangsa anakan muda.
·
49-56 :
Anakan tertua meninggalkan sarang.
·
Induk
tetap memberi makan anak diluar dan didalam sarang, sampai semua mampu terbang
·
60 :
Anakan yang baru bisa terbang, mulai bermain dengan mangsa non-utama (serangga)
·
72 :
Anakan mulai menangkap mangsa dari ketinggian
·
78
> : Mulai meninggalkan sarang dan teritori
·
10-18 :
bulan Mulai mampu berkembang biak
Habitat dan Penyebaran
Habitat
Serak jawa (Tyto Alba) yang umum
didapati di wilayah berpohon, sampai dengan ketinggian 1.600 m dpl. Di tepi
hutan, perkebunan, pekarangan, hingga taman-taman di kota besar. Sering
bertengger rendah di tajuk pohon atau perdu, berbunyi-bunyi dengan memilukan,
atau bersahutan dengan pasangannya. Sewaktu-waktu terjun menyambar mangsanya di
permukaan tanah atau vegetasi yang lebih rendah. Sering pula berburu bersama
dengan anak-anaknya. Aktif pada malam hari. Namun demikian, terkadang aktif
pada senja hari dan dini hari, bahkan sesekali bisa dijumpai sedang terbang
pada siang hari. Pada siang hari, Tyto alba biasanya berdiam diri pada
lubang-lubang pohon, gua, sumur, bangunan-bangunan tua atau pada tajuk
pepohonan yang berdaun lebat. Beberapa jenis, khususnya Tyto, mampu menempati
tempat buatan manusia yang mirip dengan lubang pohon. Sarang Gagak dan burung
pemangsa lain yang sudah ditinggalkan, juga merupakan tempat pilihan. Hanya
sedikit atau tidak ada usaha sama sekali untuk memperbagus konstruksi pembuat
sarang sebelumnya. Celah batuan juga digunakan oleh beberapa jenis burung.
Distribusi
populasi
Tyto alba merupakan jenis burung yang
tersebar hampir di seluruh bagian dunia (kosmopolitan). Populasi burung
ini dapat ditemukan di seluruh benua (kecuali Antartika), termasuk di seluruh wilayah Australia dan Tasmania. Tyto alba juga dapat ditemukan di
sebagian besar wilayah Inggris Raya dan sebagian besar Eropa daratan,
sebagian besar wilayah Asia Selatan, Tenggara
dan Barat, sebagian besar benua Afrika dan
sebagian besar wilayah Amerika Utara. Di Amerika Selatan, Tyto
alba dapat ditemukan di daerah padang rumput dan di kepulauan Oceania, seperti kepulauan Galapagos.
0 komentar:
Posting Komentar